Angel in Our live….(Part 1)



Sore itu, tanggal 20 Mei 2000, pukul 14.36 WIB disebuah ruang operasi rumah sakit bersalin yang masih sangat baru, terdengar suara jeritan bayi yang sudah kami tunggu-tunggu. Bapak, saya, dan adik-adik (Ninik, atut, frida) serta merta berucap syukur. Alhamdullilah, akhirnya ibu telah member kami seorang adik. Di depan kamar ibu, kami sangat cemas, menunggu dokter memberi informasi kepada kami. Terutama Bapak kami sangat cemas, terlihat jelas, istri yang amat dicintainya sedang bergulat dengan takdir baru. Memberikan anak kembali kepadanya. Dalam usia yang tidak muda lagi, saat itu Bapak berusia 58 tahun, Allah karuniakan keturunan kembali kepadanya. Akhirnya dokter menemui kami, saya masih ingat ekpresi dan pertanyaan Bapak ketika menanyakan kondisi Ibu dan adik kami. Sambil memegang tanganya dan meremasnya , Bapak menanyakan kepada dokter, “Dokter, gimana istri dan anak saya, sehat? Lengkap? “ . Dokter menyebutkan, alhamdullilah Pak Kus, istri dan anak perempuan Bapak sehat dan lengkap. Saat itu yang saya heran kok Bapak tidak menanyakan jenis kelamin adik saya tapi kesehatannya….

Kami diantarkan suster ke kamar bayi waktu itu. Kamar bayi yang hanya ada 1 penghuni yaitu adik perempuan saya, kami menyebutkan kamar itu sebagai kamar kucing karena saat itu memang banyak kucing di ruang itu. Seorang Malaikat kecil yang sedang membuka matanya dan memandang kea rah kami dengan tersenyum. Yang kurasa aneh, ada bayi baru lahir kok dah bisa senyum. Saat itu yang bisa kulakukan adalah meneteskan air mata, menyesali sesuatu yang pernah saya lakukan padanya. Saya sempat malu mempunyai adik lagi. Tapi begitu melihat sosoknya yang sangat cantik dan lucu, luluh sudah semua yang pernah kutentang.

Saat itu, saya belum bekerja ditempat saya bekerja sekarang, masih ada kerjaan sambilan yang saya kerjakan sambil menunggu panggilan kerja. Rasanya susah sekali bekerja ditempat yang saya sukai. Bekerja di bidang yang saya sukai. Saat itu, hari-hari saya lalui dengan adik kecil saya. Rasa malu hilang musnah begitu menyentuh kulitnya yang lembut. Entah kenapa dulu, saat adik saya masih bayi, ibu tidak terlalu merawatnya seperti biasanya. Baru 4 tahun kemudian, kami tahu mengapa Allah mengatur kami seperti ini. Sehingga adik saya , Ninik dan saya yang merawatnya. Saya ingat betul baru saja pulang dari rumah sakit, ibu tidur dikamarnya sendiri, sementara adik bayi kami tidur dengan saya dan ninik. Malam itu dia begitu kehausan, sehingga 1 botol susu yang kami berikan, langsung habis. Tapi karena memang kami belum tahu merawat bayi, dia mengeluarkan kembali semua susunya (gumoh..kata orang jawa). Kami benar-benar panik saat itu. Saat itu pukul 2 pagi hari. Kami langsung buka semua bajunya..dan lagi-lagi kami lupa menutupnya karena kami lebih sibuk mengurus yang lain. Begitu kami ingat, adik kecil saya sudah biru karena kedinginan. Kami berdua ketakutan dan sangat panik, saya ambil botol berisi air hangat, ninik menghangatkan badannya dengan minyak telon dan memakaikan baju tebal padanya. Kami berdua mendekapnya sambil saling memandang, bagaimana ini mba. Saat itu, saya berdoa, Jangan ada apa-apa Ya Allah. Jadilah kami berdua tidak tidur semalaman. Dan bersyukurnya adik saya saat itu, tidak menangis sedikitpun.
Kami menamakan adik kecil kami dengan “Faidah Kurnia Mukri Anissa”, Nama ini adalah gabungan dari usulan kami sekeluarga. Faidah merupakan nama usulan Bapak alm, Bapak saya adalah orang yang sangat terobsesi menjadikan anaknya menjadi orang yang bisa bermanfaat bagi orang lain. Kurnia adalah cita-cita ibu,” Pokoknya harus ada kata Kurnianya” kata ibu saat itu. MUkri adalah nama eyang buyut kami dari pihak ibu, kata ini mengandung arti rapi. Dan kami kakak-kakaknya menambahkan anissa, waktu itu sih katanya yang diambil dari Al Quran dan berarti perempuan. Dan Kami sepakat memangilnya Sasa atau kami lebih sering memangil dia dengan Sa.

Kehadirannya dikeluarga kami memang benar-benar membawa angin perubahan yang sangat besar. Terutama bagi Bapak dan saya. Bapak saya kembali menjadi orang yang sangat bersemangat dalam hidupnya. Mungkin merasa menjadi orang paling bahagia selama 4 tahun sebelum wafatnya. Merasa menjadi orang yang kembali berjiwa muda dalam usia yang sudah mau menginjak 60 Tahun. Seringkali kami mendengar Bapak dengan bangganya mengatakan, bahwa diusia 50-an beliau masih produktif dan sering pula kami mendengar Bapak dengan bangganya memperkenalkan Sa sebagai anaknya. Sementara bagi saya, sa adalah jalan rejeki saya, setelah ada dia, bertubi-tubi panggilan kerja menghampiri saya.

Menurut cerita ibu saat itu, Sa adalah satu-satunya anaknya yang Bapak mau mengendongnya. Bapak begitu sayang pada Sa. Ketika Sa sudah mulai bisa berjalan, sering sekali Bapak dan Sa pergi hanya berdua, bila bertemu dengan kawan Bapak, Bapak dengan banggannya langsung mengatakan “Ini Anakku yang terakhir” dengan tersenyum lebar. Senyum kebangaannya. Sering kali Sa di ajak saat Bapak memberi kuliah. Dan dari sepupuku yang diajar Bapak, saya pernah dengar cerita, Bapak menceritakan Sa didepan kelas. Tidak cukup sampai disitu Sa, sa pula yang bapak ceritakan saat Bapak natar di mana-mana. Kalo Sa masih ingat saat itu …….Bapak sangat bangga punya anak Sa. Jadi Sa, dari kecil sa sudah disayang Bapak dan Ibu…walaupun Sa hanya dikasih waktu bersama mereka selama 4 tahun.

0 komentar: