Bapak.......Sebuah Memoar

Karya ini sebenarnya adalah karya adikku, karena sampai saat ini belum satu katapun yang bisa kupersembahkan untuk Bapak Saya. Kuambil dari blog adik saya.....atutkus.multiply.com..Bedanya sama kamu tut, besok ku upload foto Bapak. Kecintaan dan kebanggaan kami, anak-anakmu.....Bapakku tercinta

19 Juni 2008

Saya membuka Google, dan mencoba mencari nama belakang saya, nama keluarga saya.

Mengejutkan!
Dengan mesin pencari favorit yang menjadi kesukaan ayah saya ini, tidak saya dapatkan satu pun file yang mampu mengidentifikasikan nama keluarga saya itu, yang tentu saja nama ayah saya, KUSNEDI.

Hal ini buat saya berarti : tidak ada sejarah mengenai ayah saya dan bahkan sejarah tak mencatat nama ayah saya itu.

UUUUggggghhhh!
Betapa menyedihkan!
Sepertinya eksistensi ayah saya, yang hanya sebentar didunia ini, diragukan!
Padahal, tentu saja, bagi saya dan keempat saudara kandung saya –mba esti, mba nik, frida dan sasa-, eksistensi Bapak –begitu kami biasa memanggilnya-, tak pernah kami
dipertanyakan.

Dia ada dimanapun kami berada.
Tentu saja,
karena darahnya mengalir dalam darah kami.
Selain itu, pengaruh pandangannya juga sangat mewarnai hidup kami. Kemandiriannya, keteguhannya memegang prinsip hidup, kepeduliannya terhadap bumi dan makhluk dibumi ini, dedikasinya pada nilai yang ia yakini, cintanya, dan segalanya.

Saya ingat dalam masa sakitnya, dipagi hari ketika saya membuka pintu kamarnya, dia selalu sudah dalam posisi duduk ditepi tempat tidur yang sudah dia rapihkan. Dia selalu melakukan hal ini setiap pagi meskipun keadaannya saat itu, mungkin bagi orang lain, sangat tidak mungkin utuk dilakukan. Dia menderita diabetes mellitus (DM), dan terdapat gangren di kedua kakinya yang membuatnya hanya bisa menggunakan kursi roda untuk mobilitasnya. Melihat Sartono Mukadis di TV selalu mengingatkan saya kepada Bapak.
(ooh…betapa sulit menulis ini….Tuhan, berikan saya kekuatan untuk meneruskan tulisan ini…!)
Sebelumnya, sudah 8 tahun –sejak 1996- dia menderita DM, beberapa komplikasi terjadi dan menyebabkannya harus menggunakan tongkat untuk membantunya melangkah.

Bagi Bapak, tidak ada yang tidak mungkin didunia ini, selama kita mau berusaha. Keterbatasan finansial yang dialaminya bukan merupakan penghalang bagi dia untuk mencapai apa selalu yang diinginkannya, pendidikan. Hal inilah yang selalu dia kedepankan. Sebagai anak seorang klerk dan penjual kamir –kue khas purwokerto-, dia sama sekali tak mempunyai kesempatan untuk bersekolah tinggi, apalagi dikeluarganya ada 3 orang adik yang juga membutuhkan biaya pendidikan. Namun hal ini bukan barrier untuk bisa bersekolah. Dia berjualan apa saja, dari kamir hingga lotre untuk melanjutkan sekolahnya serta 3 orang adiknya itu. Hingga akhirnya di usia 47 dia berhasil meraih gelar masternya dibidang Demography (M.Sc.) dari Florida State University. Dia adalah orang pertama dari tempatnya bekerja yang mendapatkan gelar S2 dari Universitas di luar negeri.

Bapak menempuh jenjang pendidikannya dengan beasiswa. Dia membekali dirinya untuk mendapatkan pendidikan dengan autodidak. Dia mengasah sendiri kemampuan bahasanya. Bukan dengan kursus. Hanya dengan buku-buku bacaannya, radio yang ia dengarkan dan sahabat penanya. Jejak-jejak usahanya ini masih dapat saya temukan dirumah saya.

Karena pengalamannya inilah, –dan sebenarnya karena kondisi finansial yang sulit- saya dan saudara-saudara saya tak pernah mengalami masa-masa belajar diluar rumah selain disekolah. Kami harus belajar sendiri. Mandiri. Alih-alih mendaftarkan kami kursus bahasa Inggris, dia menjejali kami dengan berbagai bacaan yang sengaja ia subscribe untuk bahan kami belajar. TIME Asia, Newsweek, Fortune, Far Eastern Economic Review (FEER), Forbes, National Geographics dan Reader’s Digest adalah berbagai judul majalah yang ia sediakan. Inilah yang membuat saya terkadang –walaupun sangat jarang- bisa merasakan kalimat bahasa Inggris mana yang benar dan mana yang salah tanpa saya mengerti alasannya.

Semuanya ia lakukan untuk satu hal yang diyakininya, pengayaan akal!

Keyakinannya akan pendidikan dan segala hal yang berbau pendidikian membuatnya mendedikasikan seluruh hidupnya untuk hal ini. Secara kebetulan (tidak ada kebetulan didunia ini, karena semua telah diatur oleh Penguasa, Allah SWT), dia bekerja disektor pendidikan. Dia seorang Dosen di Perguruan Tinggi Negeri di Purwokerto. Semua orang yang mengenalnya tak pernah meragukan dedikasinya untuk dunia pendidikan. Setelah sakit ditahun 1996 yang mengharuskannya memakai tongkat untuk berjalan, dia tak pernah sedikitpun melalaikan mahasiswanya.

Beberapa kali saya sempat menemaninya mengajar. Sebelum dia sakit, saya tak pernah khawatir dengan aktivitasnya, namun setelah sakit dan kakinya tak mau diajak kompromi, maka sering saya, kakak dan ibu bergantian menemaninya menjalankan aktivitas . Ia selalu berkeras untuk mengendarai mobil sendiri. Sepertinya ada kenikmatan tersendiri yang datang saat ia nyetir.

Bapak akan tiba dikampus tepat jam kuliahnya dimulai. Jika pegawai administrasi yang mengatur jadwal kuliahnya adalah pegawai lama, maka ia akan mendapatkan ruang kuliah di lantai bawah. Masalah datang jika pengaturan ruang kuliah dilakukan oleh pegawai baru. Bapak beberapa kali mendapakan jadwal mengajar dilantai 2, yang untuk mencapainya harus dibutuhkan effort yang sangat besar.

Masih terasa genggaman tangannya di tangan saya, ketika saya bantu dia berjalan menaiki tangga. Tangan kirinya berpegangan di handrail, sedang tangan kanannya memegang tangan kiri saya. Seolah dia mempercayakan dirinya pada saya (namun waktu itu saya tak menyadarinya). Tongkat dan tas-nya saya pegang. Sampai di lantai 2, Ia nampak sangat kelelahan.

Mengikuti kuliahnya selalu menyenangkan. Serasa kuliah gratis. Serasa dapat beasiswa Chevening. Ia duduk dimeja jika mengajar, dengan terlebih dulu meminta maaf kepada mahasiswanya karena ia tak bisa berdiri. Ia selalu terlihat gembira saat mengajar. Dia mencintai kegiatannya itu. Ia tak pernah terlihat menyebalkan dikelas, bahkan jika ada kejadian yang membuatnya jengkel, kamilah dirumah yang menjadi sasarannya. Tapi kelakuan mahasiswa dimana-mana sama saja. Ada saja mahasiswa yang tak memperhatikannya. Saya ingat betapa inginnya saya marah kepada mereka. Tapi biarlah…, toh yang memperhatikan Bapak masih lebih banyak prosentasinya dibanding mereka yang tidak.

Bahasa Inggris adalah kecintaannya yang lain. Latar pendidikannya adalah Ekonomi, namun seringkali ia mengajar bahasa Inggris. Dengan berbekal bahasa inggrisnya yang ia pelajari secara autodidak, beberapa kali ia menulis tentang pendidikan bahasa Inggris di Indonesia dalam beberapa jurnal. Ia tidak setuju sama sekali dengan model pelajaran secara “CONVERSATION” yang seringkali tidak memperhatikan grammar. Ia juga seringkali menyampaikan hal ini kepada kleganya di kampus. Mungkin karena hal inilah beberapa orang tak menyukainya.

Kemampuan ini, kemudian membawanya menjadi salah satu dari tim penceramah dalam pelatihan penulis dan penerjemah buku ajar nasional sejak tahun 1992. Dia pun telah menerjemahkan beberapa buku, yang semuanya dibidang ekonomi, dan sebuah novel. Berikut ini beberapa buku terjemahannya:

1. Intermediate Accounting, 7th ed. (Smith & Skousen) menjadi Akunting Lanjutan,
diterbitkan oleh Pen. Erlangga, Jakarta (1983).

2. Accounting Principles, 13th ed. (Fess & Niswonger) menjadi Prinsip-prinsip Akun-
ting, diterbitkan oleh Pen. Erlangga, Jakarta (1983).

3. Price Theory and Applications, 3rd ed. (Hirshleifer) menjadi Teori Harga dan Pene-
nerapannya, diterbitkan oleh Pen. Erlangga, Jakarta (1985).

4. Paths to Power (Natasha Josewofitz) menjadi Menuju Eksektuif Puncak, diterbit-
kan oleh Pen. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta.

5. Introduction to Management Accounting, 6th ed. (Horngren) menjadi Pengantar A-
kuntansi Manajemen, diterbitkan oleh Pen. Erlangga, Jakarta (1986, 1990).

6. V-2; The Nazi Rocket Weapon (Walter Dornberger) menjadi V-2 dan Hitler, diter-
bitkan oleh PT Pustaka Utama Grafiti, Jakarta (1989).

7. Managerial Accounting; Concepts for Planning, Control, Decision Making, 5th ed.
(Ray H. Garrison) menjadi Akuntansi Manajemen; Konsep Untuk Perencanaan,
Pengendalian, dan Pengambilan Keputusan, diterbitkan oleh Penerbit ITB, Bandung (1997).

8. Changing Course; A Global Business Perspective on Development and the Envi-
ronment (Stephan Schmidheiny) menjadi Mengubah Haluan; Industri Berwawas-an Lingkungan, diterbitkan oleh Penerbit ITB, Bandung. (Bekerja sama dengan Dinas Penerangan Kedubes A.S. Jakarta, diluncurkan pada tgl. 21 April 1995).

9. The Language of Trade (Michael B. Smith dan Merritt R. Blakeslee) menjadi Baha-
sa Perdagangan, diterbitkan oleh Penerbit ITB, Bandung (1995). (Bekerja sama de-
ngan Dinas Penerangan Kedubes A.S., Jakarta).

10. Personnel Management (Margaret Attwood & Stuart Dimmock) menjadi Manaje-men Personalia (selesai dalam 24 hari) diterbiktan oleh Penerbit ITB, Bandung (1999/2000).

11. The Return of Depression Economics (Paul Krugman). Telah selesai diterjemahkan
(27 hari). Akan diterbitkan oleh Penerbit ITB, Bandung bekerja sama dengan
Kedubes Amerika Serikat, Jakarta.

12. Contemporary Business (Boone). Telah selesai diterjemahkan dan akan diterbitkan oleh Penerbit Erlangga, Jakarta.

(daftar ini saya ambil dari CV-nya secara sembunyi-sembunyi!)

2 minggu sebelum dia pergi, dia baru saja menerima tawaran dari penerbit Salemba untuk menerjemahkan lagi sebuah buku. Sayang sekali kerja sama ini tidak pernah terwujud.

Kecintaannya yang lain, adalah burung! Beberapa kali Ia membeli Beo yang Ia latih sendiri. Tiap pagi, sambil membaca koran dan meneguk kopi, Ia selalu mengajak Beo-nya ,yang selalu Ia namakan Bawor (MASKOT BANYUMAS- atau bagong dalam bahasa jawa), berbicara. Teringat saya waktu dia membeli senapan angin dan mencobanya mengenai suatu sasaran (yang berupa benda). Suatu kali, ia sempat mengarahkan senapannya itu ke udara dan tanpa sengaja, mengenai seekor burung kuntul. Ia tak mengatakannya kepada kami, namun selama beberapa hari kami tak menjumpainya makan sesuap nasipun. Ia shock, merasa bersalah telah menembak secara tak sengaja. Hal itu kami ketahui beberapa hari kemudian setelah dia menceritakan perkaranya. Kasihan sekali Bapak waktu itu. Dari Bapak kami belajar menghargai makhluk Tuhan.

Dari Bapak kami menghargai manusia. Tak pernah sekalipun Bapak tak menghargai tukang parkir, pengamen atau siapapun yang membantunya. OB dikampus juga selalu berebutan mencucikan mobil/motor Bapak.

Mobil juga merupakan teman tercinta yang Bapak punya. Mobil Carry biru, yang membawa Bapak kemanapun Bapak mau. Jalan-jalan! Hobinya yang menular ke saya dan semua anak Bapak karena disaat anak-anak seumuran saya pacaran dan menghabiskan waktu jalan-jalan bersama pasangan mereka, kami malah ikut Bapak dan Ibu jalan-jalan. Kemana saja! Hampir setiap hari minggu kami habiskan untuk jalan, sekedar makan seafood di pantai teluk penyu, makan pecel di baturaden, minum degan di bendungan serayu atau Cuma mengitari karisidenan Banyumas. Ahhh….Bapak!

Dia membuat saya merindukan semuanya. Merindukannya. Saya tak berharap dia merindukan saya, karena insya ALLAH doa saya selalu bersamanya. Karena saya mencintainya. Iapun sangat mencintai saya, kakak-kakak saya dan adik-adik saya. Dia mencintai kami semua! Terutama Sa!

Sayangnya, cintanya pada kami harus terhenti, karena cintanya pada Ibu-his greatest love of all- dan cinta ALLAH padanya. Mencintai Ibu membuatnya harus berpisah dengan kami. Cintanya yang sehidup-semati pada Ibu membuatnya kehilangan semangat untuk hidup, ketika Allah memanggil Ibu 19 Juli 2004.
Saya ingat, hari-hari sepeninggal Ibu, sangat membuat Bapak menderita. Sering saya temui Bapak sedang menangis. Bahkan pernah dia bilang “Untuk apa Bapak hidup kalo Ibu tidak ada?” Dan pertanyaan Bapak akan terhenti jika saya mengingatkan tentang Sasa. Semangatnya untuk melanjutkan hidup akan kembali jika mendengar nama Sasa. Sepeninggal Ibu, Bapak hanya tersenyum jika mendengar suara Sasa, yang saat itu dibawa mba Nik ke Makassar.
(ah…Bapak…menulis ini membuat atut banjir airmata….!)

Diantara cinta siapapun didunia ada, kita sering lupa –saya terutama- bahwa ada cinta yang lebih besar dari cinta siapa saja. Cintanya pemilik cinta. Cinta ALLAH AR_RAHMAN. Dan cinta pemiliknya membuat Bapak harus berhenti mencintai saya dan semua saudara saya. Tiga hari menjelang Idulfitri, 10 November 2004 (115 hari setelah Ibu) Bapak menemui pemilik cinta seluruh jagad raya dan seisinya dan memasrahkan kami kepada-Nya! Tugas Bapak sebagai kepanjangan tangan Allah selesai tepat dihari Pahlawan. Sebuah penghargaan yang diberikan Allah kepada Bapak, yang selalu ingin dikenang sebagai GURU –pahlawan tanpa tanda jasa-.
1 Juli 2008
Pagi ini untuk kesekian kalinya, saya mencoba mencari nama itu, dan saya tambah sebuah keyword yaitu erlangga -nama sebuah lembaga penerbitan yang menerbitkan beberapa buku bapak- dan alhamdulillah...pencarian yang memuaskan! semua buku yang sudah saya sebutkan nampak di situ.

I luv U Bapak…!
(akhirnya tulisan ini bisa selesai! Sedianya tulisan ini mo atut post 19 Juni kemarin, sebagai hadiah ulang tahun buat Bapak, tapi…baru hari ini atut bisa!
I only want you to be proud of me!!!)
----mungkin kesannya tulisan ini kayak tulisan Dino Pati Jalal mengani SBY, namun biarlah, toh saya mengagumi ayah saya....mencintainya bahkan!----