Daging Gulung Mie Balut Kulit lumpia


Buat makanan ini sebenarnya karena kepepet. Ide muncul tidak terduga. Kepepet waktu, kepepet bahan, jadi bahan yang ada di lemari es, dikeluarkan saja. Yang beli hanya kulit lumpia, kebetulan "ngiras-ngirus" ke pasar tadi pagi...ketemu kulit lumpia di tempat langganan saya. Ide dasarnya sebenarnya arem-arem mie, hanya saya kombinasi dengan kulit lumpia. 1 resep, kalo daging ga habis, bisa dibuat martabak mini...ngirit bahan, sasa bisa makan sehat...hanya butuh waktu 1 jam (maksimal untuk mempersiapkan ini)

Bahan
1. 3 ons mie telur, rebus tiriskan
2. Kulit pangsit 10 buah
3. 1 buah telor ayam
4. Daun pisang untuk mengukus

Isian
1. Daging cincang (seadanya saja), saya tadi cuma 4 sendok makan (sisaan)
2. Daun bawang/luncang 1 tangkai
3. Bawang bombay 1 butir, iris membualat saja
4. 3 siung bawang putih, keprek, cincang
5. Saos tiram 1 sendok makan
6. Gula pasir, garam secukupnya
7. Merica secukupnya
8. Pala bubuk secukupnya
9. Air secukupnya

Sambal pencit...
hehehe..kalo yang ini rahasia perusahaan...beli gobek, baru dapat sambal..hehehe

Cara membuat
Isian.
1. Masukkan bawang putih cincang, tumis hingga harum. Masukan bawang bombay, tumis hingga harum
2. Masukan daging cincang, tumis hingga berubah warna, masukan air.
3. Masukan semua bumbu, saos tiram, gula garam, merica bubuk dan pala bubuk.
4. Tunggu hingga air agak berkurang, masukkan daun bawang.
5. Tunggu airnya asat...baru angkat

Proses masak
1. siapkan 1 lembar daun pisang, letakan kulit lumpia.
2. Campur mie yang telah direbus tadi dengan telur kocok (1 butir)..fungsinya hanya perekat saja.
3. letakkan di atas kulit lumpia. isi dibagian tengah dengan daging cincang. gulung kulit pangsitnya, dan bungkus dengan daun pisang.
4. Semat kedua ujungnya dengan lidi (bithing), kukus selama 30 menit
5. Sajikan.
6. Makanan ini tidak perlu digoreng, cukup dikukus saja...lebih sehat, kolesterol lebih sedikit
7. Bon Appetite..

What i got in one year????


Kalau Pandji menulis sebuah buku bagaimana dia bisa menjual 1000 cd dalam waktu 1 bulan, maka saya juga ingin menuliskan pengalaman saya. Bukan bagaimana saya menjual cd, karena memang usaha saya bukan lagu atau musik, tapi lebih dibidang kuliner. Tapi, saya akan menulis apa yang saya dapat selama 1 tahun saya mengelola sebuah warung makan. Janganlah salah, bukan perolehan materi, akan tetapi lebih pada pelajaran berharga yang saya dapat. Harapan saya, pengalaman pindah kuadran saya bisa bermanfaat bagi banyak orang, terutama bagi mereka yang ingin memulai usaha seperti saya.

Saya tahu, bila dibandingkan dengan banyak orang yang sudah terlebih dahulu terjun kebidang ini, pengalaman saya belumlah seberapa. Tapi perkenankanlah saya membagikan apa yang saya dapat kepada anda.

Saya tidak hendak menakut-nakuti anda, tapi berbagi semangat, berbagi pelajaran yang memang mungkin akan di alami oleh para wirausahawan pemula.

Usaha yang kami kelola adalah usaha bebek goreng khas surabaya, Sego Bebek Samudra cak aji. Merupakan cabang dari kakak sepupu saya sendiri yang sudah 4 tahun ini membuka di kota Cilegon. 1 point keberuntungan saya, pemilik resep adalah kakak saya sendiri, dan atas kebaikan hatinya, saya tidak perlu membayar biaya waralabanya..(hehehe). Satu keuntungan besar bagi pemula seperti kami.

Tanggal 19 Agustus 2009, usaha yang saya kelola ini dimulai. Kami buka di saat Purwokerto dan banyak kota lain sedag marak-maraknya usaha kuliner. Kuliner Bebek maksud saya. Binatang yang punya sirip di kakinya ini, mendadak jadi incaran banyak orang. Image jorok, image amis, image apek seakan terhapus saat ini. Saya sendiri terasa asing dengan olahan bebek. Jangankan memasak, makan dagingnyapun sangat jarang dulu. Ya karena image-image itu.

Image jelek tadi seakan terhapus tahun 2008, ketika bertugas di Anyer, saya sempatkan mampir ke rumah sepupu saya mas Aji. Dialah pemilik resep sekaligus pemilik usaha bebek goreng Samudra Cilegon. Begitu saya makan daging bebek olahannya, lidah saya langsung mengirim respon ke otak saya, mengolahnya dan memberitahukan pada mulut saya, dan saya spontan berkata..."ini enak banget mas aji, seperti bukan bebek"

Semenjak itu, ada semacam impian yang saya pendam dalam hati saya. Saya pingin buka usaha seperti ini juga. Hanya sebatas impian. titik.

Tahun 2009, bulan Juni, selepas cuti, ditempat kerja saya, ada satu kejadian yang membuat saya berpikir keras dan berulang-ulang. Apakah saya akan terus nyaman bekerja di tempat ini? Bulan Juli akhir, saya memutuskan setelah proses berpikir itu, saya memutuskan, saya ingin keluar dari pekerjaan saya. Tapi saya harus bagaimana?

Allah Maha Kaya, ada saja jalan rejeki yang Dia tetapkan bagi setiap hambaNya. Adalah kakak sepupu saya, Mas Toto dan Mas Aji yang membantu saya mewujudkan impian saya. Akhirnya tanggal 19 Agustus 2009, dengan persiapan yang sekarang saya sadari sangat mimim, warung kami dibuka. Sego Bebek Samudra Cak Aji cabang Cilegon di Purwokerto.

Kami bersemangat melakukan pekerjaan baru kami. Apalagi ini adalah usaha yang sama sekali berbeda dengan pekerjaan saya terdahulu. Benar-benar bersemangat. Ada 1 hal yang saya yakini, makanan saya enak, di cilegon laris, pasti di Purwokerto juga laris.

Tapi apakah benar seperti itu?

Seandainya seperti itu, maka saya tidak akan pernah bisa bilang, bahwa sekarang ini, saya punya kekayaan batin yang lebih besar dari sebelumnya.

Jawabannya tidak temanku. Kebetulan, kami buka awal puasa, yang memang sudah dipercaya banyak orang, bulan berkah bagi semua orang. Termasuk pedagang. Jadi pada bulan pertama masih rame.

Cobaan mulai datang di bulan ke-2. Sekitar September akhir, setelah lebaran 2 minggu. Warung kami menjadi sepi. Tapi satu yang patut kami syukuri saat itu, saya sudah mempunya pelanggan tetap, walaupun baru 3 orang. Ketika itu, saya mempunyai 2 orang asisten, dan saya dibantu adik saya dalam urusan administrasi. Penghasilan menurun, biaya pegawai saya waktu itu lumayan tinggi untuk ukuran purwokerto. Bahan-bahan setelah lebaran kala itu masih belum stabil. Tapi cadangan tabungan saya waktu itu masih mencukupi. Jadi masih tenang saja.

Bulan ke-3. Saya ingat betul, pada bulan ini saya sudah mulai berpikir bagaimana cara menaikkan omzet. Sementara, pelanggan belum bertambah, biaya pegawai dan operasional masih tinggi. Akhirnya, stress sudah mulai menyerang saya. Yang ada dalam pikiran saya, saya harus melepas satu orang asisten saya. Tapi masalahnya, bagaimana saya tega bilang ke dia?. Entah bagaimana (yang pasti Allah yang atur), 1 orang asisten saya mengundurkan diri, karena sakit.

1 masalah lepas dari saya. Beban pikiran semakin berkurang. Tinggal kami ber-3 yang ada di warung. Saya dan adik saya bergantian bertugas. Ada shift pagi dan malam. Karena kecapaian dan beban pikiran terhadap warung, mulai bulan ini, saya dan adik saya hampir tiap hari bertengkar. Saya adalah orang yang sudah biasa kerja dengan banyak teman (maaf, anak buah), biasa memerintah, sementara adik saya, anak yang baru lulus dari kuliah yang belum punya pengalaman kerja sama sekali.
Perubahan yang sangat nyata saya rasakan saat itu. Kami yang tadinya tidak pernah bertengkar, sekarang seperti lauk wajib. Dan saya capek. Berbeda pendapat ternyata sangat menguras tenaga dan pikiran. Puncaknya saya sempat memukulkan helm padanya dan itu membuat hati saya sakit.

Kejadian seperti ini terus berlangsung hingga bulan Januari 2010, seingat saya. Bertengkar merupakan menu wajib kami. Tapi saya sadari atau tidak, inilah kesempatan bagi kami untuk menyesuaian diri kami masing-masing. Bekerja dengan saudara, memang harus lebih berhati-hati. Saling menghargai secara profesional, tanpa melihat siapa kakak dan siapa adik. Saya pikir itu kunci utama. Pada saat itu pula, banyak nasehat melingkupi kami. Diantara, ada 1 cerita yang membuat kami berpikir ulang, kami telah lupa niat awal kami berdagang. Keberkahan. Cerita ini berasal dari Bapak teman kami di Solo. Dia, demi keberkahan yang diinginkan, setiap hari, tidak pernah menyisakan 1 makananpun untuk dijual lagi besok hari. Selalu dia bagikan ke orang-orang yang membutuhkan. Inilah yang sudah kami lupakan. Tidak banyak, tapi kami berusaha membersikannya setiap hari.

Alhamdullilah Keadaan warung sedikit membaik, omzet penjualanpun sudah berangsur naik, walaupun masih lambat. Akan tetapi ternyata, sekali lagi, kondisi ini juga tidak merubah kondisi keuangan warung. Masih saja dana cadangan kami keluar. Sehingga bulan Februari, kami sempat berfikir untuk menutup sementara warung kami. Beda pendapat kembali muncul, pertengkaran juga semakin sengit. Dan ujung-ujungnya adalah, fisik dan batin kami terkuras habis untuk ini.

Saat kami sudah mulai lelah, tabungan kami sudah sangat tipis, karena tidak terasa sudah terkuras ke warung. Pertolongan dan jalan keluar mulai ada. Teman, Sahabat dan Saudara. Sebagai seorang yang merasa sudah banyak pengalaman, saya, dengan sombongnya sangat jarang mendengarkan omongan orang lain, saudara sendiri dan terutama Tuhan, Sang Pemilik Rejeki. Ketika bulan Maret awal, saya dalam keadaan puncak kesal lahir dan batin, suatu malam, seperti dipaksa bangun diakhir malam, seperti di urai satu persatu kesalahan saya. Dan akhirnya saya sadari, bahwa keadaan ini harus dimulai dari perubahan diri saya sendiri dahulu. Dan harus jujur. Saya harus terjun sendiri. Mulai dari nol lagi. Dengan melakukan segala sesuatu sendiri

Akhirnya, dengan pemikiran panjang, saya jelaskan pada asisten saya bahwa saya sudah tidak mampu mengajinya. Alhamdullilah dia mau mengerti, dan alhamdullilah disebelah warung saya ada pembukaan kafe. 1 masalah sudah selesai. Akhirnya, mulailah saya dan adik saya, Frida, berdua mengelola warung. Saya belanja, masak dan mengatur keuangan sendiri. Sementara frida bertanggung jawab kepada kerapian warung dan opname barang. Capek sekali, tapi karena tenaga kami sudah habis ke warung, kami menjadi semakin jarang bertengkar. Proses saling mengerti sudah mulai terjadi, walaupun di antara kami masih dongkol.

Bagaimana warung setelah ini? Tidak diduga, pelanggan kami sudah mulai bertambah. Mulai lagi orang baru yang datang ke warung kami. Salah satu pelanggan setia kami adalah hendra dan Lala. Saya sangat yakin, ini jalan Pertolongannya bagi kami. Mereka menurut saya adalah orang yang pandji sebut sebagai Early adaptor (dalam bukunya pandji). Ini keberuntungan saya no.2.

Jujur saja, saya adalah orang yang tidak suka dengan penyebaran brosur. Sehingga saya hanya sekali saja menyebarka brosur, di awal buka warung, dan jumlahnya hanya 500 lembar. dan itupun tidak habis. Kenapa? Karena sasaran saya adalah pelanggan setia. Saya akan jelaskan pada tulisan saya yang lain. Tapi benarlah bahwa setelah kedatangan mereka berdua, pelanggan kami bertambah. Baru saja 1 bulan berjalan, cobaan batin kami mulai datang lagi. Ada warung bebek dengan merek, yang kata orang sudah terkenal, dibuka, persis di sebelah kanan kami. Subhannallah.

Saya tidak hendak bercerita, membual atau bergosip tentang itu. Biarkan saja. Toh jalan rejeki bukan ditentukan manusia. Minggu pertama dan kedua setelah pembukaan warung bebek terkenal itu, omzet kami turun drastis. Dari angka sudah mencapai hampir 10 ekor perhari menjadi 1 ekor perhari, bahkan kami sempat hanya menjual 1 porsi sehari. Bisa anda bayangkan bagaimana jantung dan hati kami ditempa?....subhannallah.
Pertolongan Allah kembali datang, Dia datangkan teman baru saya. mas Adi kuncoro, tempat saya sms berisi curhatan tidak mutu. Alhamdullilah saat itu, dia mau menanggapinya. Dia sering menasehati saya, bagaimana cara mengatasi ini, sholat malam yang selalu dia nasehatkan pada saya. Dan itu sangat berarti untuk saya. Dan satu lagi....The Secret...acuan baru bagi saya bagaimana cara menarik banyak orang masuk ke warung saya.

Inovasi, 1 hal yang kami lakukan untuk memperbaiki keadaan kami. Akhirnya saya belajar masak pada seorang koki. Akhirnya munculah menu baru, bebek goreng bakar dengan percobaan hampir 1 bulan. Lagi-lagi, hendra dan lala membantu saya, hingga tercipta menu bebek bakar yang lain dari yang lain, menggunakan madu. REspon pelanggan .....ternyata ok.

Sedikit, demi sedikit, keadaan mulai berangsur membaik. Tak dinyana pula, cobaan lagi yang datang. Ternyata, koki yang mengajari saya itu, berusaha mencuri resep bebek saya. Gemes bukan main....maaf...kurang ajar. 1 hal juga yang saya lupa, saya hampir lupa menjaga amanat. Kerahasiaan bumbu. Gusti....dan ternyata, dia hendak menjadi koki rumah makan bebek baru di depan alun2 purwokerto. Dan ada tahu, sekarang dia berpindah lagi, di warung bebek depan saya, dan dia yang memperkenalkan sambal yang hampir mirip dengan sambel pencit di tempat kami. Sabar...pelajaran ke sekian.

Bebek goreng dan bebek bakar madu kami, mulai terkenal dikalangan mahasiswa. Peran Early Adapter Hendra dan Lala-lah yang berfungsi. Mulut ke mulut. Keadaan berangsur membaik. Tak dinyana, hendra dan teman-teman suatu saat menciptakan logo gobek dan segala macam kelengakapan termasuk brosur bagi kami. Saya menangis ketika itu. Pertolongan Allah datang lagi. Tanpa saya minta, tanpa saya perintah, tanpa biaya..mereka bergerak sendiri. Membagi informasi dan brosur pada teman-teman mahasiswa.

1 hal yang membuat miris, ketika mereka datang, paket yang hanya bisa mereka jangkau, hanya paket 5, leher atau hati. Daging bebek? berat bagi kantong mereka, 17 rb?. Akhirnya saya dan frida sepakat menganti segmen pasar kami. Dari umum ke segmen yang tidak dijamah oleh pengusaha bebek lain, mahasiswa dan menengah ke bawah. Alhamdullilah kami menemukan supplier yang baik, hingga kami bisa menyediakan daging bebek yang dapat kami sajikan dengan harga mahasiswa, 10 rb rupiah dan kini 11 rb rupiah 1 porsi.

Segmen pasar yang berubah ini, jelas menaikkan jumlah bebek yang kami sajikan tiap hari. walaupun omzet masih dibawah BEP. tapi untuk sementara kami tidak ingin membahas itu, bisa stress. Target kami, pelanggan bertambah lewat mulut ke mulut.

SEkarang, di bulan puasa ini...seakan terjawab sebagian perjuangan batin kami berdua. Dengan dibantu 1 orang part timer (saya ambil dari mahasiswa yang sedang melakukan tugas akhir), Hamdan namanya, kami melayani pelanggan dari pukul 4 sore dan paling banter pukul 20.00 wib. Perjuangan selesai?

Tidak....dan itulah seninya menjadi seorang pedagang. Sabar dan selalu ada hal yang memacu otak kanan kiri bekerja setiap saat. Tapi Demi Allah....nikmat luar biasa. dunia ini, mengubah hidup saya, pola pikir saya, nilai pribadi bagi diri saya, banyak hal. Silahturahmi menjadi satu pintu rejeki. Penghargaan terhadap pelanggan, Menguji kesabaran dan keiklasan hati. Dan terakhir....bahwa Kepasrahan adalah kuncinya. Benarlah sms mas adi kepada saya suatu hari....dan jangan bertanya kenapa, dan saya tidak hendak bertanya.

Sekarang, kekayaan materi...belumlah saya dapat, tapi bila suatu saat, saya sementara meninggalkan dunia ini, saya berjanji....tidak akan pernah saya meninggalkan selamanya. Karena dunia ini....adalah dunia indah dengan 9 pintu rejeki

terima kasih untuk semua orang yang sudah membantu saya...

Sayur Ceker Gambas Asam Manis


Di bulan Ramadhan yang sering kali terlupa adalah asupan sayur, sehingga banyak orang mengalami gangguan pada saluran pencernaan. Salah satu sayur yang jarang saya makan (karena adik-adik saya bilang ga suka) adalah gambas. Orang di daerah Purwokerto biasa menyebutnya sebagai Oyong. Sayuran ini, banyak mengandung air dan pasti seperti kebanyakan sayur lain banyak mengandung mineral. Salah satu alasan adik-adik saya tidak suka sayuran ini, karena hambar sekali saat dimasak. Menurut saya bukan hambar, tapi karena kandungan airnya yang banyak, seringkali bumbu yang sebenarnya sudah pas, terencerkan kembali oleh air bawaan sayur ini. Tapi seperti kebanyakan keluarga ketimun, sayuran ini bermanfaat untuk mendinginkan tubuh dan pasti enak di makan jika diolah dengan tepat.

Resep:

0.5 kg gambas/oyong muda buang alurnya
10 buah ceker ayam (rebus dengan 0,5 L air, air kaldu jangan dibuang)
1 buah wortel sedang, potong setengan lingkaran
0,5 buah kembang kol, iris dan jangan terlalu kecil
2 butir tomat merah segar
5 buah cabai merah besar
5 butir bawang putih, keprek
setengah butir bawang bombay
Garam, gula dan merica halus secukupnya
Saos tiram secukupnya
Kecap manis secukupnya

Cara membuatnya
1. Tumis bawang putih hingga harum, masukkan bawang bombay hingga harum
2. Masukkan kaldu sekitar 125 ml, masukkan ceker.
3. Masukkan semua bumbu, setelah mendidih, masukan sayuran.
4. Gambas terakhir dimasukan.
5. Siap disajikan.
6. Sayur ini lebih baik disajikan dalam keadaan hangat dan sekali habis.
7. Selamat mencoba.....

Kraca...Menu Khas Ngapak tapi asal dari Demak????


Bingung? mari saya terangkan. Setiap pagi, dalam bulan Ramadhan ini, ada yang berubah dalam jadual harian saya. Lebih santai di pagi hari, karena warung buka pukul 16.00 wib. Perubahan jadual ini, menyebabkan pemandangan di Pasar Manis, Purwokerto-pun berubah. Lebih rame dari hari-hari biasa.

Di depan pasar, akan banyak dijumpai pedagang musiman saat ramadhan. Berderet mereka di depan tembok pasar. Kalau saya tidak salah hitung, ada sekitar 10 orang yang menjualnya. Dan hebatnya, setiap pagi, penuh dengan pembeli. Bila anda ingin memasak sendiri dan berburu kraca, jangan lebih dari jam 7. Karena kraca yang akan anda peroleh sudah sortiran banyak orang.

Apa sih kraca? Anda bisa googling untuk mengetahuinya. Banyak sekali yang sudah mengangkat tentang kraca di media ini. Tapi dengan senang hati saya juga hendak menambahkannya.

Beberapa hari lalu, saya sudah mengunggah gambar kraca. Reaksinya? hehehe...macam-macam. Ada yang bilang ini sih tutut keong!..memang betul. Itu hanya masalah bahasa, di Jawa barat, kraca dikenal sebagai tutut keong. Tapi kalo orang purwokerto, begitu denger kraca, reaksinya langsung....pinginnnn!!!. Lucu ya? Ya itulah seninya di Indonesia. Jadi ingat sebuah iklan, "ini teh susu!", But, i love indonesia much.

Keong ini biasanya hidup di sawah. Gastropoda ini biasanya lebih menyukai habitat yang berair. Perairan dangkal dengan aliran air yang tidak deras. Dan satu lagi yang menarik, biasanya keong ini hidup pada perairan yang jernih dan bersih. Artinya ada 2 menurut saya, 1. Bellamna javanica (keong jawa/sawah)ini dapat digunakan sebagai indikator biologi, 2. tidak perlu khawatir jorok pada saat anda menyantap kuliner ini.

Kraca merupakan santapan dengan kandungan gizi yang sangat tinggi terutama protein. Dan kalau semacam itu, pasti bagus untuk pemulihan kondisi tubuh.

Tapi menurut saya, ada yang lucu, ketika saya membeli kraca mentah di pasar manis. Ketika saya tanya penjualnya, kraca ini dari mana?, dia menjawab dari Daerah Demak. Terus terang, saya kaget. Agak terperanjat maksudnya. Ketika saya kecil, sering sekali saya dan teman-teman sepermainan saya, mencari keong ini dipersawahan sepulang sekolah. Sekarang tidak ada lagi?

"Sampun jarang mba wonten purwokerto, cobi mba'e prentah tiang, ngge madosi teng daerah beji, bayar 50 mawon nek wonten?" Kata si Bapak sambil nyengir sadis. Gludak...sebegitu parahkan?. Kata Bapak itu selanjutnya, satu orang pedagang, saat Ramadhan biasa meng"ekspor" keong dari Demak sekitar 2 ton/3 hari. Bisa anda bayangkan? Kalo saya melihatnya ini peluang bisnis ya? hehe. Bagaimana kalo diternakan saja? tapi lagi-lagi...makanan buatan terkadang menyebabkan citarasa bahan menjadi rusak

Kraca...ini merupakan nama sayur dan nama hewan. Jadi bila anda di Purwokerto, anda menyebut kraca, itu ya nama sayur. Kraca matang. Bila ada tertarik, saya ingin menyertakan resep membuat kraca khas Purwokerto. Dijamin, bebas kolesterol, segar, kaya gizi, dan menghangatkan. Saya malah berfikir, dari tanggapan teman-teman FB..kenapa tidak membuat kraca di ibukota ya? Ada yang berminat?

Resep
Bahan :
1. 1 kg kraca
2. 3 batang sereh/kamijara
3. 1 ruas jari jahe
4. 0,5 ons cabe rawit merah
5. 1 batang laos
6. sedikit kunyit
7. 2 liter air
8. 5 siung bawang putih
9. 10-15 siung bawang merah
10. gula dan garam secukupnya(yang ini harus pas karena air kaldu akan dinikmati)

Cara membuat:
1. Cabe rawit, bawang, dan kunyit haluskan. Tumis semua bumbu daun (sereh, daun salam dan laos) Untuk cabe, hanya perlu kasar saja, ini berfungsi juga sebagai garnis pada saat penyejian.
2. Tumis bumbu tersebut hingga harum. Masukan air tunggu hingga mendidih.
3. Masukan kraca
4. Masukkan gula dan garam.

Catatan : membuat kraca, kelezatan terakhir adalah air kaldunya. Karena itu, banyak orang yang tidak percaya diri membuat masakan ini. Tapi saya yakin....You can do it!!!..Selamat menikmati Ramadhan dengan kraca.