Jengkol dan Pete....apa mau anda lepas juga? Peluangnya?


Bisa tertawa ya melihat awal judul ini. Saya sendiri memang bukan orang yang suka menyantap buahan ini. Terus terang tidak bisa merasakan dibagian mana nikmatnya buahan ini. Sebagian orang ditempat kerja saya dulu gemar sekali menjadikan kedua buahan bau ini dalam menu makanannya. Pithecollobium jiringa atau Jengkol merupakan tanaman khas Asia tenggara. Demikian juga dengan petai (Parkia speciosa).

Tapi ternyata memang banyak yang gemar menjadikan kedua buahan ini sebagai teman makan. Penambah nafsu makan kata teman saya. Wah kalo bisa menambah nafsu makan, buat saya bisa ngeri..hehehe. Makanan yang identik dengan "segmen bawah" ini (saya agak tidak enak menyebutnya) beberapa tahun lalu sempet mengejutkan saya. Bukan karena baunya. Karena potensi usaha yang dimilikinya.

Beberapa hari ini di Home FB saya, sedang banyak orang membagi note tentang kekayaan negeri ini yang selama ini sudah dikeruk habis-habisan oleh perusahaan-perusahaan asing. Alhamdullilah ada yang mengingatkannya kembali, padahal banyak majalah sudah mengulas habis masalah ini jauh-jauh hari bahkan tahun yang lalu. Tapi satu yang saya agak sayangkan, yang dibahas hanya kekayaan yang kasat mata saja. Okelah...kalau itu anda merasa sulit mencegah, kita pertahankan yang masih benar-benar kita pegang. Ada banyak kekayaan alam. Salah satunya petai dan Jengkol.

Pasti tertawa lagi dengan pernyataan saya. Semoga anda sedikit bisa menahan tawa setelah anda membaca cerita saya. Ketika saya masih kerja di Lampung, saya baru tahu, buahan "segmen bawah" ini bisa menjadikan seseorang menjadi eksekutif. Apa lagi ini?

Saya cuti 2 bulan sekali dan biasa pulang cuti mengunakan 2 kendaraan umum, kalau tidak kereta api ya bis langsung dari Lampung. Hehehe...agak sombong sedikit...bukan apa2 sebenarnya...masa saya sudah capai kerja naik kendaraan yang biasa saja. Dan alhamdullilah, saya masih bisa memilih kendaraan yang berAC, dengan kursi yang bisa diatur. Susah men....eksekutif klas.

Dalam bus langsung Jurusan Jogja dari Lampung ini, sering sekali saya bersama seorang laki-laki, masih muda, Dandanan Oklah..keren. Biasanya saya duduk sebelah dengan dia. Karena saya berlangganan, maka tempat duduk biasanya juga tidak berpindah-pindah. Awalnya saya hanya berujar saja dalam hati, "eh sering sekali saya bareng orang ini". Tapi terus terang saya tidak pernah menanyakannya. Sudah tahu ya sudah. Cuma yang saya tahu, dia selalu memakai tas pinggang dan Hpnya banyak. Hanya itu, dan kebiasaan saya sekarang begitu sudah di bis, keluarkan buku, kalau capek,...tidur.

Sebelum sampai Purwokerto, bus Jurusan Jogja ini hanya berhenti 1 kali, di daerah Indramayu. Dan biasanya itu pukul 1 atau 2 pagi. Tapi bila ada orang ini, Bis akan berhenti berkali-kali mulai dari daerah cirebon hingga nanti saya turun di Ajibarang. Walaupun tidak pernah lama. Dan laki-laki disebelah saya ini selalu teriak dari sebelah saya kepada kenet, "1 net", atau 2 atau 3. Saya yang masih tertidur kadang kaget, "orang ini apaan sih, mbok yo maju wae ngopo", ujar saya dalam hati. Agak kesel. Dan satu lagi yang buat kesel, Hpnya pasti selalu bunyi bila sudah masuk daerah kanci..brisik..krang kring. Mana ringtone jadul yang dipasang...karena memang ke-3 hpnya model jadul semua..hehehe.

Suatu kali keluar daerah prupuk orang ini sudah buat brisik sekali.ternyata Hp-nya mati semua. Pusing banget sepertinya. Dia tahu saya sudah bangun, akhirnya hp saya yang dia pinjam, "mba saya boleh pinjam hpnya? saya mau telpon, Hp saya low bat semua", kata dia. Saya mempersilahkannya, dan dia menelepon seseorang. Setelah mengembalikannya, dia bilang ke saya, baru menelepon seseorang di daerah ajibarang. Dia mau menurunkan barang, suruh orang menunggu di sana.

Seperti biasa, saya penasaran, saya tanya barang apa. "Jengkol dan Pete mba," jawab dia. Makin penasaran, saya tanya lagi. Akhirnya kami bercerita. "Saya dagang Pete dan Jengkol mba, saya ambil dari lampung. Tepatnya dari daerah Lampung Timur. 2 hari sekali saya bawa ke Jawa. Saya sudah punya pelanggan dari daerah Cirebon, brebes, Ajibarang, Kebumen, Jogja dan Klaten. Karena saya ngejar Pasar Bukaan pagi, saya pake bis ini", terperangah saya. Dalam pikiran saya, apa ga rugi ya?..penasaran saya tanya. "Buktinya saya 2 hari sekali mba. Sampe klaten besok siang, istirahat sebentar, saya berangkat naik kereta ke gambir. Pake Taksaka, sambung damri langsung ke Lampung. Begitu terus mba. Sekali bawa, saya biasanya bawa 15-20 karung jengkol dan pete. Per karung 100 kg", lanjut dia.Haaahhhh...mlongo saya.

Bisa anda bayangkan, di lampung petai (aduh satuan saya lupa), satu ikat besar isinya 100 sisir, di daerah suak tempat saya kerja, hanya berharga 15-30 rb. Di Jawa, 1 sisir bisa berharga 1500-3000 rb rupiah. Berapa untung tiap 1 sisir? 10-15 kali untung. Busyet.....Belum lagi jengkol. Dilampung, kata dia, 1 kg jengkol di petani hanya 1500-2000 rupiah. Begitu dijual bisa sampai 8000-12000 per kg. Berapa kali keuntungan coba?

untung jengkol saja, keuntungan kotor sudah 6 juta sendiri. Belum lagi petai. dan ini lebih banyak dari jengkol. Dan itu 2 hari sekali. Keuntungan bersih per bulan?...OMG.

Saya tidak pernah menyangka ternyata barang bau ini...bisa membuat jadi kaya juga. Pantas sekali naik kendaraan eksekutif tidak pernah merasa berat. Saya..hanya tahu dia lulusan SMA di klaten. Dulu dia hanya iseng saja, membantu ibunya jualan jengkol dan pete di pasar klaten. Tapi pasokan terkadang susah. Akhirnya ada seorang teman yang bilang kalau di Lampung banyak sekali pete dan Jengkol, akhirnya dia iseng ke daerah berhen. Dan dari situ memang pasokan terbesarnya. Kalo dihitung tahun ini dia masih jualan berarti sudah 6 tahun. Sayang...saya lupa nanya namanya.

Pete dan jengkol kekayaan alam yang tidak kalah hebat dari potensi laut, batubara, emas, timah, gas dan seabreg kekayaan lain di indonesia. Apa mau kita lepas juga ke orang-orang itu? Jangan salah, kalo orang barat tahu Jengkol punya potensi sebagai obat diabetes, mungkin saja dia akan ambil itu dari kita. Tinggal kita...mau meninggalkan gengsi dengan mengolah dan memperdagangan jengkol dan petai untuk bangsa sendiri...atau nanti...menjualkan petai dan jengkol untuk perusahaan luar negeri tapi kita berdasi?....

It's all depends on You...