Mengapa gubug tepi pantai yang kupilih?

Gubug (harusnya pakai k atau g ya?, ah kalau di purwokerto toh orang sering diparabi ga pake g tapi k mbak...wis dasare ngapak ya ngapak). Gubuk tepi pantai sebenarnya saya pakai untuk mengingatkan pada diri sendiri bahwa semua yang terjadi pada diri kita, diri saya sudah dituliskan di kitabNya. Sudah diatur OlehNya.
Tak pernah terpikir sebelumnya, apabila suatu saat nanti saya akan tinggal dan mengais rejeki di tempat yang benar-benar di pinggir pantai. Lahir disebuah kota yang dikelilingi oleh bukit dan sebuah gunung yang menjadi kebanggaan semua orang Banyumas, Purbalingga dan mungkin juga semua kota yang berada dikakinya. "Gunung Slamet"...dan moga-moga terus slamet (takut juga membayangkan....forget it). Dari kota yang lumayan dingin di malam hari, tiba-tiba harus jauh ke tanah sebrang, jauh dari keramaian, dan mungkin kalau orang kota bilang "alas", bahkan sinyal telepon yang katanya sudah ada dimana-mana, ditempat ini harus naik kepohon, naik ke bukit (bangetke...hihi), pasang antena, dan menjadi barang mahal. Untuk orang gunung seperti saya, tinggal dipantai pasti jadi salah satu impian. Tapi sungguh kenyataan yang terkadang sampai sekarangpun tak pernah terpikir dan masih mempertanyakan mengapa masih berada ditempat ini.
Pertama kali yang terpikir, tempat saya mengais rejeki suatu tempat yang seperti banyak orang tayangkan di media televisi atau di majalah dengan suasana kerja dan lingkungan yang seperti orang layaknya kerja. Ternyata, yang saya jumpai sangat berbeda 180 derajat dari yang dibayangkan kepala. Pemberontakan hati terhadap hal seperti ini meruapakan hal yang terkadang hingga saat ini masih ada. Penolakan mengapa rejeki harus didapat dari tempat yang menharuskan saya terpisah dari keluarga.
Tapi tidak ada seorangpun tahu, tidak juga saya mengapa justru tempat seperti inilah yang dipilihkan Allah SWT untukku. Yang saya tahu hanya, baru 1 minggu pertama ditempat ini, cobaan pertama datang menghampiri. Mbah kakung, mbah yang sangat menyayangi saya, meninggal karena kecelakaan setelah 1 minggu saya ada ditempat ini. Dan lebih parah saya baru tahu kabar tersebut setelah 1 bulan saya ada ditempat ini. Alasannya mengapa? karena ditempat kerja ini tidak ada sinyal, telepon terkadang tidak berfungsi. dan masih banyak lagi cobaan lain yang sepertinya terus ada ditempat kerja saya.
Tapi dari semua cobaan itu, Allah ternyata memberi buanyak sekali bentuk kasihNya di tempat ini. Allah pertemukan saya dengan gadis Jogja sederhana tapi Subhannalah pengaruhnya begitu besar pada saya. Alhamdullilah pertama kali saya berhijab ditempat ini dan masih banyak lagi hal lain yang Allah berikan untuk saya lewat gadis ini. Semoga Allah senantiasa memberkahi dia dan keluarganya. Darinya saya belajar berkorban untuk orang tua dan saudara, dan dia pula yang mengajarkan pada saya tentang cara berterima kasih yang sebenranya.
Sampai saat inipun saya tidak tahu mengapa saya masih ada di Gubuk Tepi Pantai ini, tapi satu hal yang pasti, ditempat inilah Allah berikan banyak hikmah dan Kasih sayang serta Kemurahannya pada saya. Allah mengatur hidup saya sedemikian Indah walaupun terkadang pertama harus menolak karena tak bersesuaian dengan hati.

1 komentar:

AgungUnion mengatakan...

Semoga istiqomah ya dik

(Purwokerto ternyata masih 3694 km lagi...)